HIPKI

HIPKI
Himpunan Penyelenggara Pelatihan dan Kursus Indonesia

Kamis, 28 Oktober 2010

LEMBAGA KURSUS

Lembaga Kursus

Lembaga kursus merupakan pendidikan nonformal yang diselenggarakan bagi warga masyarakat yang memerlukan. layanan pendidikan yang berfungsi sebagai pengganti, penambah, dan/atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.

Pendidikan nonformal berfungsi mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan keterampilan fungsional serta UNDANG-UNDANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL Bidang DIKBUD KBRI Tokyo pengembangan sikap dan kepribadian profesional.

Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik.

Satuan pendidikan nonformal :
terdiri atas lembaga kursus, lembaga pelatihan, kelompok belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat, dan majelis taklim, serta satuan pendidikan yang sejenis. Kursus dan pelatihan diselenggarakan bagi masyarakat yang memerlukan bekal pengetahuan, keterampilan, kecakapan hidup, dan sikap untuk mengembangkan diri, mengembangkan profesi, bekerja, usaha mandiri, dan/atau melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Hasil pendidikan nonformal dapat dihargai setara dengan hasil program pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan.

Sabtu, 23 Oktober 2010

PERENCANAAN UNTUK MERAIH SUKSES

Perencanaan Untuk Meraih Sukses

Sebagai orang yang hidup di masa kini dan memiliki masa depan, adalah sebuah keharusan bagi kita untuk membuat perencanaan dalam berbagai aspek kehidupan.Ada beberapa faktor mendasar yang menyebabkan seseorang menjalani hidup tanpa perencanaan.
Faktor pertama adalah tidak adanya keluarga atau figur yang diteladani. Apabila seseorang melihat ayah atau ibunya (bahkan saudara-saudaranya) hanya sekedar menjalani hidup tanpa pernah membuat perencanaan, ia pun akan mulai terkondisikan untuk sekedar menjalani hidup belaka. Tapi akan berbeda jika ia memiliki orangtua atau saudara yang ‘well-planned' (merencanakan segala sesuatu dengan matang dan rapi).
"Orang yang gagal membuat perencanaan adalah orang yang sedang merencanakan kegagalannya sendiri."
Dengan sendirinya ia akan mulai membuat perencanaan untuk memastikan agar perkembangan yang diharapkan dapat tercapai di waktu-waktu mendatang.Selain faktor keluarga, ada pula faktor komunitas (orang-orang yang memberi pengaruh di sekitar kita).
Jika seseorang bergaul dengan orang-orang yang hanya menjalani hidup belaka, tanpa disadari pola pikir, filosofi dan cara hidup dari orang-orang di sekelilingnya biasanya akan mulai mempengaruhi orang yang bersangkutan. Itu sebabnya, sangat penting untuk memperhatikan dengan siapa kita bergaul, karena jika kita sungguh-sungguh ingin meraih kesuksesan, perencanaan adalah sesuatu yang sifatnya wajib. Apabila kita rela bersusah-payah membangun dan merencanakan hidup kita pada saat ini, di kemudian hari kita justru akan menikmati seluruh usaha dan kerja keras kita. Karena itu, pastikan Anda terus belajar untuk membuat perencanaan dalam setiap aspek kehidupan dengan teratur dan rapi. Anda tidak akan pernah menyesali rancangan tersebut.Faktor ketiga adalah faktor mentalitas.
Mereka yang memiliki keluarga atau bergaul dengan orang-orang yang hanya sekedar menjalani hidup, tanpa sadar akan memiliki konsep pikir, pola hidup, filosofi dan mentalitas sebagai seorang survivor belaka. Dengan kata lain, keinginan dan mentalitas untuk meraih sesuatu tidak ada lagi dalam diri mereka. Orang-orang seperti ini tidak akan bisa hidup di tengah tekanan dan tantangan, sehingga tanpa disadari, perlahan tapi pasti ia akan mulai tergeser dari area persaingan yang ada.
Orang seperti ini biasanya mudah sekali menjadi down, karena -di sisi lain- tidak ada orang yang tidak ingin menjadi lebih baik. Masalahnya, menjadi lebih baik dalam hidup ini tidak akan terjadi dalam sekejap mata. Dibutuhkan usaha, disiplin diri, kerja keras serta perencanaan yang harus dijalani dengan baik dan konsisten. Contohnya, setiap orang pasti menghadapi tantangan atau tekanan tertentu di tempat kerja. Biasanya, orang-orang yang hanya menjalani hidup semata tidak akan pernah betah berada di sebuah pekerjaan/perusahaan yang menetapkan target atau memberikan tekanan tertentu. Ia akan lebih memilih untuk tinggal di zona nyaman. Sebagai akibatnya, ia akan mulai tergeser dari persaingan yang ada dan pada akhirnya tidak mampu bertahan.Faktor keempat adalah kondisi hati; di mana ini merupakan faktor yang sangat penting. Bagi orang-orang tertentu yang pernah membuat perencanaan dan mengalami kegagalan, trauma dan kefrustrasian dapat menjadi sebuah penghalang.
Selama kondisi hati seperti ini tidak ditanggulangi, biasanya orang-orang tersebut tanpa sadar akan terkondisikan untuk hanya menjalani hidup sebagaimana adanya. Kalaupun ada orang lain yang berusaha untuk memacu dirinya, ia akan cenderung untuk terus mengingat kembali kegagalannya di masa lalu, sehingga ia tidak memiliki daya dorong yang dibutuhkan untuk mengambil langkah baru. Seandainya orang yang bersangkutan mau menanggulangi kefrustrasian, trauma dan perasaan gagal yang selama ini menguasainya, ia akan bisa membuat perencanaan bagi hidupnya, sehingga pada akhirnya ia dapat menjadi bagian dari orang-orang sukses.Sebenarnya, ada banyak orang yang memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membuat perencanaan. Sayangnya, kemampuan merencana yang baik itu tidak didukung oleh drive atau daya dorong untuk mewujudkan rencana tersebut, sehingga pada akhirnya rencana hanya tinggal rencana. Seringkali penyebabnya adalah karena orang yang bersangkutan cenderung memiliki mentalitas yang menginginkan segala sesuatunya sudah tersedia sehingga ia tinggal melangkah.
Orang yang memiliki mentalitas ‘cari gampang' seperti ini tidak mau mencari tahu apa yang harus dilakukan untuk mengembangkan kapasitasnya. Kalaupun ia berusaha, ia ingin langsung melihat hasil usahanya pada hari yang sama. Sebagai akibatnya, jika ia tidak mendapati hasil yang diharapkan, apa yang sudah ia rencanakan hanya akan tertinggal di atas kertas belaka - tidak terwujud dalam tindakan nyata. Dalam hal ini, mau tidak mau mentalitas dan pola pikir orang yang bersangkutan harus diubah terlebih dahulu.Jika seseorang memiliki komunitas yang kurang mendukung dan mentalitasnya belum terbangun untuk membuat perencanaan, orang seperti itu seperti berada dalam ‘lingkaran setan'; ia tidak memiliki faktor pendukung, tekad yang besar, kemampuan untuk merencana, atau persiapan apapun.
Untuk bisa meninggalkan hal-hal negatif tadi dan membuat perencanaan untuk meraih sukses, hal pertama yang dibutuhkan adalah mentor. Ketika ada seseorang yang bisa menjadi mentor dalam hidupnya, ia akan bisa menerima arahan dan dibawa melewati suatu proses persiapan. Melalui hal-hal ini, tekad dan kesungguhan untuk melangkah akan menjadi jauh lebih mudah dibangun.
Dengan demikian, meskipun ia tidak berada di lingkungan yang kondusif, setidaknya ia memiliki seseorang yang mengharapkan dan terus mendukung dia untuk menjadi berhasil. Selama masih ada helping hand, masih ada harapan bagi orang yang berada dalam ‘lingkaran setan', asalkan orang yang bersangkutan bersedia menyambut helping hand itu. Selama masih ada orang yang mau menolong -dan orang yang ditolong mau meresponi dengan baik- akan selalu ada hasil.
Seringkali seseorang mendapati 1 fase dalam hidup ini di mana Tuhan ikut campur tangan dengan cara mengirimkan orang lain untuk menolong dirinya. Ketika ia tidak meresponinya dengan baik, kesempatan itu berlalu dan akhirnya penyesalan lah yang timbul. Karenanya, pastikan Anda terus belajar meresponi setiap pertolongan yang datang. Mungkin pertolongan itu kadang kala menyinggung ego atau harga diri kita, tetapi pada akhirnya pertolongan itu akan menolong diri kita sendiri.
Indikator penguji
Ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk menguji apakah perencanaan yang kita buat sudah cukup baik. Yang pertama, apakah perencanaan tersebut sudah cukup detil dan sistematis? Semakin detil dan sistematis perencanaan yang kita buat, semakin baik perencanaan tersebut.Indikator yang kedua adalah perencanaan yang jauh ke depan; bukan hanya sekedar dari hari ke hari, melainkan untuk 1 atau 2 tahun ke depan, atau (minimal) setengah tahun ke depan. Ketika kita mengetahui apa yang akan dicapai setengah tahun ke depan, dengan sendirinya langkah-langkah yang akan kita ambil setiap hari (minggu, bahkan bulan) akan menjadi sangat sistematis dan detil.Indikator ketiga, apakah perencanaan itu cukup realistis?
Sebuah perencanaan yang tidak realistis secara otomatis akan berakhir pada kegagalan. Lalu, indikator terakhir dari perencanaan yang baik adalah perencanaan yang ‘rangkap' - dengan kata lain, jika plan A gagal, kita memiliki plan B. Semua orang bisa membuat perencanaan. Selama ia tahu dengan pasti apa yang ingin dicapai, ia hanya perlu belajar memahami langkah-langkah untuk menggapai apa yang ingin diraihnya. Ketika ia mulai melakukan langkah-langkah tersebut, tanpa disadari sebenarnya ia sedang membuat perencanaan.
Semua manusia punya kemampuan untuk membuat perencanaan. Tuhan menganugerahkan otak yang dilindungi oleh tempurung kepala yang sangat keras dengan tujuan agar kita bisa mempergunakan otak untuk merencanakan/merancang apa yang ingin kita raih di waktu mendatang. Contoh yang paling sederhana dalam membuat perencanaan adalah ibu-ibu rumah tangga yang membuat planning menu selama seminggu ke depan. Contoh lainnya yang seringkali alpa dilakukan dan membawa efek negatif di kemudian hari adalah perencanaan dalam menggunakan uang. Jika kita tidak membuat perencanaan dengan baik, maka gaji sebulan bahkan THR yang baru kita terima dapat habis hanya dalam seminggu. Padahal, jika kita bisa membuat perencanaan dengan baik dan tidak lupa menabung, pengelolaan keuangan kita pasti akan lebih teratur dan terencana.
Contoh yang lain lagi adalah dalam hal keluarga. Pasangan muda yang baru menikah biasanya tidak merencanakan kapan mereka akan memiliki anak. Dengan adanya desakan dari orangtua atau keluarga, biasanya mereka memilih untuk cepat-cepat memiliki anak. Padahal, memiliki anak di jaman sekarang juga berarti peningkatan dalam hal pengeluaran, apalagi dengan bertambahnya usia anak. Kita pasti tidak ingin menyekolahkan anak di sekolah yang ‘asal-asalan'. Masalahnya, sekolah yang baik tidak ada yang murah. Itu berarti, kita harus membuat perencanaan dari awal: apakah secara ekonomi kita sudah cukup mapan untuk mempunyai anak, atau apakah anak kita sudah cukup siap untuk mendapatkan adik? Tanpa perencanaan yang baik, ini semua justru akan menjadi beban bagi kita sendiri, dan kondisi perekonomian pun tidak kunjung menjadi mapan karena banyaknya tanggungan yang harus dipikul sementara pemasukan kita masih terbatas.Inilah yang sering menjadi alasan mengapa banyak orang masih menjalani kehidupan yang begitu-begitu saja, atau bahkan lebih buruk, ditambah dengan adanya inflasi, resesi dan krisis ekonomi yang semakin memberatkan.
Saya pribadi sudah menikah selama 8 tahun, tapi saya baru memiliki 1 orang anak. Bukan karena kami tidak bisa atau tidak mau, tetapi karena kami merencanakannya. Saya menghendaki anak saya lahir ketika kondisi perekonomian kami sudah lebih mapan sehingga kami tidak akan ‘terbebani' oleh anak kami, dan di sisi lain anak kami pun tidak akan terlunta-lunta.
Faktor penyebab kegagalan
Ada 5 hal yang dapat menyebabkan seseorang gagal melaksanakan rencana yang disusunnya. Yang pertama adalah kurangnya tekad dan kekonsistenan. Setelah membuat perencanaan, orang yang bersangkutan harus belajar mendisiplin diri sendiri untuk melakukan setiap langkah yang sudah ia rencanakan dengan detil dan konsisten, sehingga apa yang dilakukannya dapat terus mengalami peningkatan. Tanpa tekad, konsistensi dan disiplin, kita tidak akan pernah bisa melihat sebuah rencana terwujud dalam realita.Penyebab kedua adalah kurangnya persiapan. Kadang kala kita sudah merencanakan sesuatu dengan baik, tapi gagal di tengah jalan karena tidak adanya persiapan.
Penyebab ketiga adalah kurangnya dukungan dari orang-orang terdekat, seperti suami atau isteri, anak-anak maupun keluarga. Kadang, kurangnya dukungan bisa melemahkan fighting spirit yang kita miliki sehingga membuat kita gagal meraih rencana.
Yang keempat adalah mentoring. Seringkali seseorang gagal mewujudkan rencana karena ia tidak memiliki mentor yang bisa memberi arahan, menolong untuk menetapkan langkah-langkah persiapan ataupun menerapkan pendisiplinan pribadi atas hidup orang yang bersangkutan.Penyebab yang terakhir adalah campur tangan Tuhan, seperti yang terdapat dalam istilah ‘Manusia merencana, Tuhan juga yang menentukan'. Itu sebabnya, kita perlu terus belajar membangun kerohanian dan keimanan kita, sehingga campur tangan Tuhan bisa terus nyata dalam hidup kita. Mungkin orang menyebutnya sebagai keberuntungan, namun sesungguhnya keberuntungan itu sendiri merupakan pekerjaan Tuhan yang Ia lakukan secara diam-diam.Jenis mentalitas yang dibutuhkan untuk mencapai apa yang kita rencanakan adalah kekonsistenan dan fighting spirit - diperlukan adanya driving force yang tidak akan padam oleh situasi dan kondisi di sekitar kita.
Selain itu juga dibutuhkan tekad yang besar, sehingga apa yang sudah kita rencanakan akan bisa terwujud. Untuk bisa membangun mentalitas seperti ini amat diperlukan peran seorang mentor, apalagi jika keluarga kita tergolong orang-orang yang sekedar menjalani hidup belaka, sehingga tidak ada figur yang bisa kita teladani guna mengadopsi semangat dan tekadnya. Dengan adanya seorang mentor yang sudah terbukti berhasil, kita bisa dengan mudah terinspirasi untuk meniru keberhasilan dan apa yang ia lakukan dalam meraih pencapaian tersebut.
Selain itu, kita juga membutuhkan adanya orang-orang maupun resources yang bisa memberikan input inspirasional dalam hidup kita. Selanjutnya, kita membutuhkan komunitas yang mendukung. Dengan adanya ketiga hal ini, akan jauh lebih mudah untuk membangun dan memiliki mentalitas seorang pejuang, sehingga apapun yang kita rencanakan pasti bisa terwujud.
Perencanaan yang ideal
Untuk memastikan apa yang kita rencanakan dapat selalu terwujud, ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan:Pertama, kita perlu mengenali posisi atau keberadaan kita yang sekarang, serta goal atau tujuan yang ingin dicapai. Tanpa mengetahui dengan pasti kondisi dan tujuan yang ingin diraih, perencanaan yang kita buat akan sia-sia, karena tidak ada kejelasan mengenai goal dan titik awal untuk mulai melangkah.Kedua, kita harus bersikap realistis; jangan membuat perencanaan yang muluk atau berlebihan. Buatlah perencanaan serealistis mungkin.Yang ketiga, pastikan kita melakukan perencanaan sedetil dan sesistematis mungkin.
Semakin detil perencanaan kita, peluang perwujudan rencana tersebut menjadi semakin besar.Keempat, kita perlu membuat beberapa perencanaan dengan tujuan yang sama - inilah yang disebut sebagai ‘perencanaan rangkap.'Kelima, pastikan kita memiliki orang-orang yang dapat memberi input atau masukan kepada kita guna mencapai rencana tersebut.
Semakin banyak orang yang menolong dan mempertajam kita dalam perencanaan yang kita buat, semakin baik rencana tersebut. Bicara tentang perencanaan yang ideal, alangkah baiknya jika kita membuat perencanaan setiap 6 bulan, tapi tujuan besar yang ingin kita raih minimal harus direncanakan untuk 3 atau 5 tahun ke depan.
Sementara itu, tujuan besar yang ingin kita raih tersebut harus mulai di-break down dengan apa yang ingin kita raih setiap tahun atau setiap 6 bulan. Hal ini akan menolong untuk mengevaluasi apakah perencanaan kita berjalan sesuai dengan yang direncanakan, atau justru sebaliknya.
Sebenarnya, selama kita bisa membuat perencanaan serealistis, sedetil dan sesistematis mungkin -apalagi jika kita membuat perencanaan setiap 3 atau 6 bulan dan perencanaan tersebut di-break down lagi menjadi per bulan atau per 2 minggu- akan jauh lebih mudah untuk mengevaluasi apakah perencanaan yang kita buat sudah berjalan dengan baik.
Pastikan Anda merencanakan hidup Anda dengan baik, karena perencanaan yang baik akan menghasilkan kesuksesan yang baik juga. Orang yang gagal membuat perencanaan adalah orang yang sedang merencanakan kegagalannya. ~ BuDy ~htt//kursusmagetan//blogspot.co

PANDUAN MEMBUAT PROPOSAL USAHA

membuat proposal usaha. Proposal ini akan digunakan untuk memberi informasi menyeluruh tentang usaha yang ingin Anda jalankan.

Panduan Membuat Proposal UsahaOrang biasanya berpikir, membuat proposal pasti sulit. Ternyata tidak juga. "Sebuah proposal yang baik adalah proposal yang mampu menjelaskan secara detail sebuah usaha. Tidak harus ribet. Bisa saja sebuah proposal hanya terdiri atas satu lembar kertas," ungkap Godo Tjahjono, SE, MSi, praktisi bisnis wirausaha.
Tidak semua orang tahu atau mengenal bidang usaha yang jadi minat Anda. Jadi buatlah penjelasan-penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti. Proposal usaha sebaiknya memuat tujuh hal berikut ini:
1. Gambaran usaha
Poin ini memuat penjelasan secara singkat mengenai usaha yang hendak Anda jalankan.

2. Pelaku usaha
Beri penjelasan tentang diri Anda. Masukkan latar belakang pendidikan atau pengalaman yang bisa menunjang pelaksanaan usaha. Pemberi pinjaman akan menganggap Anda adalah orang yang tepat.

3. Apa yang diusahakan
Poin ini menjelaskan apa yang menjadi fokus usaha Anda, apakah berbentuk barang atau jasa.  Beri tahu alasan pemilihan usaha tersebut. Akan lebih baik jika jenis usahanya memang sedang naik daun atau yang tak lekang dimakan waktu.

4. Target pelanggan
Poin ini menjabarkan siapa calon pelanggan potensial Anda, apakah mereka pegawai kantor, ibu rumah tangga, atau yang lainnya. Jelaskan mengapa Anda memilih mereka.

Sebaiknya Anda memiliki pemahaman yang mendalam soal ini karena hal tersebut akan sangat membantu aspek-aspek usaha yang lainnya. Anda jadi tahu bagaimana cara pemasaran dan promosi yang paling tepat untuk mereka. Tidak akan ada waktu, uang, dan tenaga yang terbuang percuma. Pihak yang memberi pinjaman akan melihat keseriusan Anda, dan menganggapnya sebuah kelebihan.

5. Lokasi
Ini adalah salah satu poin penting dalam proposal. Jelaskan mengapa Anda memilih suatu lokasi sebagai tempat menjalankan usaha. Sebaiknya Anda menyesuaikan lokasi ini dengan barang atau jasa yang ditawarkan serta calon pelanggan.

Kalau bergerak dalam bidang makanan, sangat tidak tepat rasanya bila lokasi yang dipilih adalah yang dekat dengan tempat pembuangan sampah. Bila menargetkan pelanggan dari kalangan menengah ke atas, jangan pilih lokasi yang dekat pabrik. Harus yang lebih nyaman dan berkelas.

Pemberi pinjaman akan datang untuk melihat langsung lokasi itu, dan melakukan penilaian. Jika usaha terletak di tempat yang kurang strategis, tapi masih dalam batas kewajaran, yakinkan pemberi usaha bahwa Anda bisa mengimbangi kekurangan ini dengan cara-cara lain. Bisa pelayanannya yang memuaskan, atau kualitas barang atau jasanya yang di atas rata-rata.

Segi pemasaran juga bisa dioptimalkan dengan menciptakan slogan yang menarik dan mudah diingat.

6. Jumlah pinjaman
Sebelumnya Anda harus sudah menghitung semua poin pengeluaran. Dalam proposal, cantumkan jumlah pinjaman yang sesuai dengan perhitungan yang Anda buat. Pihak bank akan menanyakan kemampuan Anda mengembalikan jumlah pinjaman itu. Berilah penjelasan yang masuk akal.

7. Arus kas
Arus kas (cash flow) adalah penjabaran rencana pemasukan dan pengeluaran usaha. Buatlah perhitungan secara rinci dan realistis. Jangan menetapkan target terlalu muluk di bulan-bulan awal karena usaha baru saja dimulai. Setelah beberapa waktu, baru Anda bisa menargetkan pemasukan yang jumlahnya stabil.

Panjangnya arus kas sebaiknya dibuat sesuai dengan lamanya waktu pinjaman yang disepakati. Bila pinjaman akan berlangsung selama dua tahun, aturlah arus kas selama dua tahun juga. Perinciannya dibagi dalam 24 bulan.

Satu prinsip yang perlu diingat para calon pebisnis, pemberi pinjaman biasanya tidak mau menanggung seluruh biaya yang kita butuhkan. "Mereka hanya mau memberi pinjaman sekian persen dari total. Mereka ingin kita juga berkontribusi," ungkap Godo.

Jadi, tunjukkan bahwa Anda juga memiliki tanggung jawab atas usaha Anda sendiri. Tidak masalah jika dana yang Anda miliki sedikit. Yang penting mereka melihat niat baik Anda untuk berusaha.

(Tassia Sipahutar/Majalah Sekar)

Sumber : kompas.com

STANDARISASI KURSUS

Standarisasi kursus mencakup standar warga belajar (peserta didik), pendidik/instruktur dan penguji, kurikulum, prosedur dan proses belajar, praktek kerja dan permagangan, sarana dan prasarana, evaluasi proses dan hasil belajar, prosedur pengujian dan sertifikasi. Standarisasi kursus ini telah disusun panduannya sejak tahun 1995/1996 sebagai tindak lanjut pengembangan program dari kebijakan Mendikbud tentang link and match (keterkaitan clan kesepadanan) antara pendidikan dan dunia usaha/industri dalam menyiapkan dan melaksanakan proses pembelajaran untuk menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan dunia usaha/ industri dan kebutuhan pembangunan di berbagai bidang. Kebijakan tersebut diwujudkan melalui penerapan konsep pendidikan dual system (pendidikan sistem ganda) yang diadopsi dari Jerman, yaitu sistem pendidikan yang didisain dan direncanakan, dilaksanakan clan dievaluasi bersama oleh lembaga pendidikan dan perusahaan/industri.

Panduan standarisasi kursus disusun bersama oleh Direktorat Pendidikan Masyarakat bersama para penyelenggara kursus, perusahaan/industri/praktisi terkait, para ahli dari subkonsorsium dan asosiasi profesi, serta seorang konsultan yang ditempatkan oleh pemerintah Republik Federal Jerman (Dr. Jacob Runkel). Panduan yang telah disusun sampai dengan tahun 2003 sebanyak 24 jenis pendidikan. Tahun 1995/1996 disusun standarisasi kursus jenis pendidikan komputer, sekretaris, perhotelan, elektronika, dan mekanik otomotif; Tahun 1996/1997 jenis pendidikan tata boga, tata busana, tata kecantikan, dan akuntansi; Tahun 1997/1998 jenis pendidikan akupunktur. komputer akuntansi, tour and travel, perbankan, dan bahasa Inggris; Tahun 2000 jenis pendidikan bahasa Cina, pramubalita (babysitter), bahasa Jepang. tata rias pengantin (TRP) Mojoputri Sekarkedaton, TRP Mandai Kalteng. merangkai bunga segar, dan hantaran; Tahun 2001 jenis pendidikan kelautan, dan bahasa Arab; Tahun 2003 jenis pendidikan spa.

Standarisasi kursus tersebut disusun untuk program kursus 1 tahun atau bila dengan sistem semester dilaksanakan untuk 2 semester. Dalam proses pengembangan standarisasi kursus kemudian diperkuat dengan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 261/U/1999 tentang Penyelenggaraan Kursus. Pasal 11 ayat (1) Kepmendikbud tersebut menyatakan bahwa: Standardisasi kursus diselenggarakan untuk menjamin mutu penyelenggaraan kursus yang meliputi warga belajar, kurikulum, tenaga pendidik, sarana dan prasarana, proses belajar mengajar, pengujian, dan sertifikasi.

Setelah lahirnya UU Sisdiknas tahun 2003, standarisasi kursus yang sudah ada clan yang akan disusun harus disesuaikan kembali dan mengacu pada UU tersebut pasal 35 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana clan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana clan berkala. Dalam rangka penyusunan clan pengembangan standarisasi kursus yang mengacu pada UU Sisdiknas telah disusun standar kompetensi sebagai dasar untuk penyusunan standar isi kurikulum berbasis kompetensi.

Selain standar kompetensi dan standar isi/kurikulum akan dikembangkan juga standar lainnya berdasarkan PP Nomor 19 tahun 2005, termasuk standar pendidik clan tenaga kependidikan. Pasal 33 ayat (1) PP tersebut menyatakan bahwa: Pendidik di lembaga kursus clan lembaga pelatihan keterampilan harus memiliki kualifikasi clan kompetensi minimum yang dipersyaratkan dan pasal 37 ayat (1) menyatakan bahwa: Tenaga kependidikan di lembaga kursus clan pelatihan harus memiliki kualifikasi dan kompetensi minimum yang dipersyaratkan.